CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Minggu, 22 Juni 2008

Memimpin adalah memberi solusi

Sungguh tidak mudah menjadi pemimpin. Pemimpin memang harus mampu menguasai tapi tidak sekedar itu. Memimpin , dalam segala tingkatan, adalah memberi solusi.
Menguasai, tanpa memberi solusi, bukanlah memimpin tapi menjajah, mengeruk kekayaan, dan keuntungan untuk pribadi, keluarga dan kliknya. itulah yang dilakukan oleh kompeni selama ratusan tahun.

Lihatlah dalam level rumah tangga. Seorang bapak adalah pemimpin keluarga, atau imam keluarga dalam konsep Islam. Sebagai pemimpin atau imam dia memiliki hak untuk dihormati, dituakan, dinomorsatukan. Tapi jangan lupa sisi lainnya yaitu kewajibannya sebagai imam atau pemimpin adalah memberikan banyak hal seperti bimbingan, contoh, kasih sayang, perhatian, dana, pemikiran dan solusi bagi istri dan anak anaknya. Bukan cuma dana saja. Dana untk biaya hidup jelas wajib tapi juga aspek lain seperti pemikiran. Seorang bapak harus bisa memberi solusi agar anak dan istrinya juga sukses dalam peranan mereka masing masing. Apabila seorang bapak memakai dananya seenak perutnya sendiri dengan mengabaikan keptningan anak istrinya apakah dia bisa disebut bapak yang baik ? Apabila dia tidak mampu memberi solusi apakah dia bisa disebut bapak yang baik ?

Demikian juga di level komunitas dan apalagi negara. Tokoh nomor satu harus ditaati dan dihormati sebagai imbangan dari semua pemberiannya. Semakin tinggi levelnya sebenarnya kewajibannya semakin berat. Di posisi puncak Indonesia maka seorang pemimpin sebenarnya sedang dititipi nasib 200 juta orang lebih oleh Allah swt. Sungguh beban yang sangat berat.

Di level partai maka ketua partai sebenarnya tidak hanya memikirkan dan memberi solusi bagi anggota dan simpatisan partainya tapi kepada seluruh rakyat Indonesia. Ketua partai harus mampu memberi solusi kepada anak buahnya , partai lain dan bahkan negaranya. Dia bertanggung jawab agar anak buahnya atau pendukungnya tidak ngamuk secara fisik ketika dia kalah dalam pemilu. Dia juga bertanggung jawab agar partainya tidak menjadi pengganggu bagi proses pemilu. Dia malah harus mendorong terciptanya proses pemilu sejak dari kampanye sampai pelantikan presiden dan DPR baru nanti.

Apabila ada tokoh atau pemimpin partai yang malah ngaco, apakah dia berhak disebut sebagai tokoh yang baik ? Apakah dia patut digugu dan ditiru ? Apakah dia patut diteladani ? Silahkan anda sendiri yang menilai.